Integritas dalam Era Globalisasi - SDH Jember
top of page

Integritas dalam Era Globalisasi



Dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan paling tidak terlihat dalam 2 perubahan mendasar dalam dunia pendidikan. Pertama, globalisasi menjadikan pendidikan sebagai komoditas dan komersil. Pemikiran bahwa pendidikan merupakan asset bisnis yang sangat menjanjikan dalam kontinyuitasnya merupakan angin segar untuk pasar baru dalam ekonomi. Globalisasi siap memaksa liberalisme pada ranah yang dulunya non-komersial menjadi komoditas dalam pasar yang baru. Kedua, globalisasi mendorong delokalisasi dan orientasi pendidikan. Pemanfaataan teknologi baru seperti komputer dan internet telah membawa perubahan yang sangat besar dalam dunia pendidikan yang tradisional. Disamping membantu akses pertukaran informasi, teknologi tersebut telah ikut mendorong berjamurnya sistem pendidikan jarak-jauh. Di sini terlihat fenomena delokalisasi, di mana orang-orang belajar dalam suasana yang sangat individual dan menghalanginya untuk berinteraksi dengan tetangga atau orang-orang disekitarnya.


Efek bola salju dari globalisasi adalah kemajuan dan tuntutan akan teknologi yang terus menggerus esensi prinsip dalam pendidikan Kristen. Tanpa disadari pemanfaatan teknologi dalam pendidikan Kristen menggantikan fungsi persekutuan yang merupakan semangat kekristenan. Semangat individualisme dari teknologi seringkali menjadi pemenang dari semangat persekutuan pendidikan Kristen. Interaksi dengan sesama dalam ruang-ruang diskusi untuk melatih kemampuan lingustik dan sosial murid-murid tergantikan dengan tugas-tugas online yang cukup direspon secara online pula oleh para pendidik yang melek teknologi. Lalu kemudahan, hal ini juga yang ditawarkan oleh teknologi di jaman globalisasi ini, kemudahan akses ke berbagai sumber pengetahuan menggoda untuk adanya penundaan dan melemahkan daya juang untuk memperoleh sesuatu. Hal ini akan mempengaruhi pembentukan individu yang kuat, memiliki risk taker skill yang diperlukan zaman yang rusak dan jahat ini. Belum lagi selfisme, yang oleh teknologi malah di fasilitasi dengan fitur-fitur unggulan pemujaan diri. Kreatifitas dan keunikan dari masing-masing individu yang merupakan ciptaan agung dari Allah bapa karena dicipta didalam rupa dan gambaranya hilang bahkan sering tertolak yang tidak jarang berakhir pada bunuh diri. (idleman 2013)


Mungkin sudah waktunya kita bersikap ikhlas dan menerima bahwa saat ini efek globalisasi dalam teknologi telah menggiring kekristenan didalam keterpenjaraan egosentris. Meninggalakan hakekat dia dicipta pada mulanya. Humanisme telah menggantikan ekpresi diri, penemuan jati diri, pengaktualisasian diri dan kegenapan akan esensi diri justru sebagai tujuan utama dalam kehidupan. (Vaughn 2017). Keagungan karya penciptaan Allah akan mahluk-mahluk penyembahNya tergeser dengan kasar kepada mahluk-mahluk penyembah diri.


Tugas pendidik Kristen semakin hari semakin sulit, beda zaman beda pergumulan dan beda solusi dan strategi mengatasinya. Kemurnian hati dalam menjadikan pendidikan Kristen sebagai komoditas bahkan komersial harus sungguh-sungguh diuji dan dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Dosis pengetahuan, pengalaman dan kemampuan dalam penggunaan teknologi harus dilihat dari perspektif ilahi untuk menghasilkan agen-agen yang memiliki transformasi dalam pikiran dan kinerja yang takut akan Tuhan.




Bibliography idleman, Kyle. Gods at war. USA: Literatur Perkantas Jawa Timur, 2013. Vaughn, Harold. "The Spirit of The age." www.sounddoctrine.com.8 1, 2017. http://www.sounddoctrine.com/spiritage.htm(accessed 10 31, 2017). Author : Martini Lu

0 comments
bottom of page